Jumat, 16 September 2011

APENDICITIS, infeksi usus buntu........


BAB I
KAJIAN TEORI

A.   Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci), melekat pada sekum tepat di  bawah katup ileosekal.  Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. 
Appendikitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing).  Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka.  Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita.  Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.
Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses.
Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.
B.   Etiologi
-          Penyebab belum pasti
-          Faktor yang berpengaruh:
§      Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
§      Infeksi: E. Coli dan steptococcus.
§      Tumor
C.   Patognesis
Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendiks:
1.    Adanya isis lumen
2.    Derajat sumbatan yang terus menerus
3.    Sekresi mukus yang terus menerus
4.    Sifat inelastis/tak lentur dari mukosa appendiks
Produksi mucin 1-2 ml/hari.  Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari.  Jadi nyeri McBurney akan muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari

D.  
Sumbatan:
Ø  Sekresi mucus
Ø  Tekanan intra lumen ↑
Ø  Gangguan drainase limphe
Ø  Oedema + kuman
Ø  Ulserasi mukosa
 
Patofisiologi

Appendiks akut fokal:
Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa


 

                                                                              Appendiks supuratif:
Tekanan intra lumen ↑↑:
Ø  Gangguan vena
Ø  Thrombus
Ø  Iskemia + kuman
Ø  Pus
 
                                                                              Nyeri pada titik McBurney peritonitis lokal


                                                                              Appendiks gangrenosa
Tekanan intra lumen ↑↑↑:
Ø  Gangguan arteri
Ø  Nekrosis + kuman
Ø  gangren
 
         Peritonitis
    Peritonitis umum


Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing.  Proses implamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.
Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi:
1.    Sembuh
2.    Kronik
3.    Perforasi
4.    Infiltrat → abses


E.   Manifestasi Klinik
1.    Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disrtai dengan demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2.    Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.
3.    Nyeri tekan lepas dijumpai
4.    Terdapat konstipasi atau diare
5.    Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum
6.    Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
7.    Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8.    Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
9.    Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.  Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

F.    Pemeriksaan Diagnosis
1.    Anamnesa
a.    Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik McBurney).
b.    Muntah (rangsang visceral)
c.    Panas (infeksi akut)
2.    Pemeriksaan fisik
a.    Status generalis
-          Tampak kesakitan
-          Demam (≥37,7 oC)
-          Perbedaan suhu rektal > ½  oC
-          Fleksi ringan art coxae dextra
b.    Status lokalis
c.    Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis
d.    Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.
e.    Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app yang juga meradang.
f.     Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis.
g.    Peritonitis umum (perforasi)
Ø  Nyeri diseluruh abdomen
Ø  Pekak hati hilang
Ø  Bising usus hilang.
h.    Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12
Alvarado score:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi 3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:
a.    Appendiksitis pain                                             2 point
b.    Lekositosis (>10 ribu)                                        2 point
c.    Vomitus                                                               1 point
d.    Anoreksia                                                                        1 point
e.    Erbound Tendenees Fenomen                                  1 point
f.     Degre of celsius (>37OC)                                              1 point
g.    Observation of hemogram (segmen> 72%)  1 point
h.    Abdominal migrate pain                                               1 point
Total point                                                  10 point
3.    Pemeriksaan penunjang
a.    Laboratorium
o   Hb normal
o   Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis, >10,000/mm3)
o   Hitung jenis: segmen lebih banyak
o   LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
b.    Rongent: appendicogram à Hasil positif berupa:
o   Non-filling
o   Partial filling
o   Mouse tail
o   Cut off
Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.
G.   Diagnosa Banding
1.    Divertikel Mackeli
2.    Batu ureter
3.    Enteritis regional, gastroenteritis
4.    Batu empedu

5.    Pankreatitis
6.    Cystitis
7.    infeksi panggul
8.    Torsi kista ovari

H.   Penatalaksanaan
1.    Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)
2.    Appendiktomi elektif (app kronik)
3.    Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegagkan.  Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.  Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan.  Appendiktomi dilakukan segera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi.  Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anastesi atau anestesi umum dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.
I.      Kompilkasi
      Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%.  Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.  Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7OC atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
J.    Persiapan preoperative
      Infuse intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang hilang.  Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu.  Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi.  Bila ada kemungkinan atau terbukti ileus paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang.  Enema tidak diberikan karena dapat menimbulkan perforasi.
K.   Penanganan posoperatif
      Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri.  Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri.  Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi.  Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena.  Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7.  aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.

L.    Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul:
Preoperatif:
§      Kurang pengetahuan tentang apendicitis dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
§      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri  (proses penyakit)
Pasca operatif:
§      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan pada apendiktomi)
§      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi inadekut b/d faktor biologis ( mual, muntah, puasa)
§      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
§      Pk: perdarahan












Daftar Pustaka
             Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Alih    Bahasa: Waluyo Agung.,Yasmin Asih.,Juli.,Kuncara.,I Made      Karyasa. Jakarta.EGC.
Soeparman,Waspadi Saswono.1990.Ilmu Penyakit Dalam Jilid        II.Jakarta.Balai Penerbit FKUI
Long,B.C.1996.Perawatan Medikal Bedah:Suatu Pendekatan Proses             Keperawatan.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran.EGC
            www.google.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar